Dalam dunia yang penuh dinamika, pasar mata uang kripto terus tumbuh pesat, membawa peluang besar namun juga risiko signifikan bagi mereka yang terlibat dalam rilis berita. Banyak perusahaan dan proyek blockchain gagal menarik minat atau bahkan merusak reputasi mereka karena kesalahan sederhana dalam menyusun pengumuman publik.
Menghadapi volatilitas harga Bitcoin dan Ethereum, serta serbuan informasi palsu di media sosial, penting bagi setiap pemain untuk menghindari kekeliruan fatal saat merilis berita tentang aset digital mereka. Dalam konteks Indonesia sendiri, di mana minat terhadap investasi kripto semakin tinggi, satu-satunya cara untuk sukses adalah dengan strategi komunikasi yang matang dan bebas dari cacat.
Pertama-tama, mengabaikan fakta dan akurasi dasar
Salah satu kesalahan umum yang sering terjadi adalah ketika pengelola proyek crypto tidak memastikan keakuratan informasinya sebelum merilis berita. Ini bisa menyebabkan kebingungan publik atau bahkan tuduhan penipuan. Misalnya, beberapa waktu lalu ada kasus di mana perusahaan ICO mengeluarkan pengumuman palsu tentang capaiannya tanpa data dukungan yang valid.
Dengan data dari Statista, sekitar 75% konsumen crypto di Indonesia percaya pada informasi berbasis fakta ketika membuat keputusan investasi. Jika Anda salah satu pemimpin proyek blockchain di sini, pastikan untuk selalu merujuk ke sumber resmi seperti whitepaper atau audit teknis sebelum menyiarkan berita penting ini.
Menghindari kesalahan seperti ini tidak hanya melindungi citra Anda tetapi juga membangun kepercayaan jangka panjang dengan investor lokal dan internasional.
Kedua, tidak memperhatikan aspek hukum dan regulasi
Di Indonesia sendiri, regulasi crypto masih berkembang pesat dengan aturan seperti Peraturan OJK No. 7/POJK.04/2018 tentang Penawaran Umum Efek dan Investasi Syariah—meskipun belum secara eksplisit menutup ruang crypto—mengabaikan hal ini bisa membawa konsekuensi hukupi seperti denda atau penyegelan aset.
Ceritanya nyata ketika beberapa proyek DeFi gagal karena tidak melaporkan status pajak atau legalitasnya dengan benar saat melakukan rilis berita publik. Dalam kasus tersebut, masalah kecil menjadi besar-besaran akibat ketidaktahuan tentang peraturan setempat.
Jadi, untuk mengelola hal ini dengan baik—jangan lupa mencari bantuan ahli hukum spesialis blockchain guna menghindari masalah hukupi ini.
Ketiga, melakukan promosi berlebihan tanpa batas
Salah satu jurusan lainnya adalah ketika pihak-pihak tertentu terlalu serakah dalam membanggakan hasil crypto mereka dengan janji palsu atau angka spektakuler tanpa bukti nyata—hal ini sering disebut sebagai "whale watching" yang salah arah!
Misalkan Anda sedang merencanakan event ICO besar; jika Anda terlalu banyak menggunakan istilah seperti "revolusi industri" atau "jaminan pengembalian 50%" tanpa dasar ilmiahnya—ini bisa memancing regulator atau investor skeptik untuk bertindak tegas.
Dengan demikian—andai kata Anda termasuk pemula di bidang ini—cobalah untuk selalu menyertakan disclaimer dan data riil guna menjaga integritas komunikasi Anda sendiri.
Keempat, melewatkan analisis target audience
Seringkali orang lupa bahwa pasar crypto tidak homogen; ada trader profesional versus pemula ritel dari daerah-daerah pelosok Indonesia dimana akses internet masih terbatas.
Kasus nyata: Sebuah aplikasi DeFi populer mencoba melakukan rilis global tanpa mempertimbangkan budaya lokal seperti preferensi bahasa Javanese atau Minangkabau—mengakibatkan respon negatif dari komunitas regional tertentu.
Jadi jika ingin berhasil secara SEO dan strategis—andai kata Anda sedang mengejar visi jangka panjang—pastikan konten beritanya disesuaikan dengan karakteristik demografi target Indonesia agar lebih relevan dan efektif dibagi-share ulang.
Lima kesalahan umum lainnya adalah kurangnya transparansi dalam sumber daya
Selain itu ada masalah mendasar tentang siapa di balik proyek tersebut—transparansi rendah bisa membuat publik curiga meski punya ide hebat punya tim developer anonim tak diketahui siapa pun.
Dengan tren global seperti halnya Ethereum Foundation yang senantiasa membuka kode sumber dan team member secara transparan,melakukan hal serupa bukan hanya amalan baik tapi juga strategi pemasaran modern yang efektif guna meningkatkan engagement audiensenggolongan millennial maupun gen Z disini sendiri.